Terbaru

Home » , » Oleh-oleh dari Sahabatku yang Tomboy, Rahmah

Oleh-oleh dari Sahabatku yang Tomboy, Rahmah

Written By Unknown on Kamis, 04 Juni 2015 | 03.02


Pagi ini tampak cerah, Dalam hati ku sudah tak lagi sabar menunggu kepulangan sahabatku, Rahmah dari kota. Aku menunggu di warung Bu Ani, tempat dimana kami biasa nongkrong. Pandangan ku tak terlepas dari kendaraan yang lalu lalang. Tiba-tiba aku dikagetkan sapaan Bu ani.”Lela, nungguin siapa. Kok sepertinya gelisah amat” 
"Rahmah  Bu, nungguin Rahmah. hari ini dia pulang dari kota."
"Si Tomboy Rahmah?“ Tanya Bu ani kaget.
”Iya Bu, Sitomboy Pulang Kampung!" kata ku girang. 
"Sudah lama ya dia dikota?“ tanya bu Ani lagi, 
"Tiga tahun, bu." Jawabku. Ketika aku sedang asyik ngobrol dengan Bu Ani, ada yang mengucapkan salam.
”Assalamu’alaikum!” 
"Wa’alaikumussalam!"  jawab ku serentak dengan Bu Ani. Aku melihat sosok Wanita sedang berdiri dihadapanku dengan pakaian Gamis yang anggun dan Jilbab  yang sangat panjang menutupi seluruh lengan nya dan memegang tas pakaian yang tak terlalu besar ditangan. Aku tak percaya yang kulihat adalah sahabat ku, Rahmah.
”Apakabar teman?” sapa Rahmah lembut sembari memelukku erat. Aku masih tak percaya, 
"Kamu Rahmah?" tanya ku lagi.
”Ia, Nurlela. Aku sitomboy rahmah, sahabat mu. Baru tiga tahun ditinggal kamu sudah tak kenal” lagi-lagi suara lembut itu keluar dari bibirnya. Masya Allah sejak kapan sahabat ku jadi anggun begini. Rahmah hanya tersenyum manis. Dia pun menyalam bu Ani.
”Apa kabar bu, ternyata masih seperti dulu tak ada yang berubah.“ 
"Disini masih seperti dulu Rahmah, kamu yang sudah berubah menjadi bidadari cantik dari kota."puji Bu Ani.
"Ibu ada-ada saja" Jawab rahmah sambil tersenyum. 
"Sini tasnya biar aku saja yang bawakan!" pintaku pada rahmah kami pun melangkah pergi dari warung Bu ani. Diperjalanan menuju rumah rahmah tampak ramah dia menyapa siapa saja yang dia lihat, walau akhirnya ia mendapat komentar pahit tentang perubahan nya.
"Nurlela kamu bawa ustazdah darimana?” tanya seorang ibu yang merupakan tetangga bu Ani. 
"Dari kota bu. Dia ustazdah yang baru taubat, bu." Jawabku mengikuti candaan ibu tersebut. Rahmah hanya tersenyum dengan candaan kami yang agak mengejeknya. Tak banyak yang mengenal rahmah dengan perubahan nya. Ada yang beranggapan baik dan ada juga yang berfikiran negatif. Ada yang memuji dan ada yang mengejeknya. Dan aku begitu salut dan kagum dengan tanggapan sahabatku ini terhadap orang-orang tersebut. Wajahnya nan tenang seakan tak menghiraukan tanggapan orang-orang sekitarnya.langkah kamipun berlanjut menuju rumahnya rahmah. 
"Rahmah kesambet apa di kota hingga jadi ustazdah seperti ini?" Tanya bu susi yang tinggal disebelah rumah rahmah. "Orang kalau pulang dari kota itu gaya nya ngetren koq kamu jadi norak begini?"Sambungnya lagi. 
"Jangan-jangan ikut aliran yang macam-macam ya?" sambung ibu lainnya yang kebetulan ikut ngumpul di teras rumahnya bu susi. Rahmah tersenyum. 
"Alhamdulillah kesambet hidayah Allah dikota." Jawab rahmah lembut, "ngetren itu tak harus jadi tuntutan kan bu?aku lebih suka kenyamanan dari pada harus menuruti pakaian zaman sekarang dan insya allah aku tak ikut aliran apa-apa." Jawab rahmah lagi. Aku hanya memperhatikan sahabatku ini bersikap kepada orang yang mengejeknya. Subhanallah. seakan tak ada beban baginya dengan celaan tersebut.
"Rahmah bawa oleh-oleh apa buat ku?" 
"Dia pulang mendadak mana sempat beli oleh-oleh." Jawab Ibunya Rahmah.
"Aku ada bawa kaos kaki baru lumayan banyak. Pilihlah jika suka." Jawab Rahmah sambil tersenyum.
”Kaos kaki buat apa?” tanya ku agak mengejek. ”Memangnya aku bayi harus pakai kaos kaki?”sambung ku lagi. Rahmah hanya tersenyum seakan tak tersinggung dengan ucapan ku. Karena penasaran aku bertanya lagi “Rahmah kaos kaki sebanyak ini buat apa?"
"Ya buat dipakai”Jawabnya "Ambillah beberapa insya Allah sangat bermanfaat untukmu." Tawarnya lagi. yang kala itu aku belum mengenakan hijab 
“Ya aku tahu kaos kaki buat dipakai tapi kenapa harus pakai kaos kaki?" Tanyaku lagi semakin penasaran. Tanpa menghiraukan tawarannya 
“Aurat itu dari ujung rambut sampai ujung kaki kecuali muka dan telapak tangan berarti kaki kita termasuk aurat yang harus ditutup” Rahmah menjelaskan dengan lembut. Aku hanya diam memikirkan perkataannya dan tak menghiraukan kaos kaki yang ditawarkan. ku bongkar-bongkar tas nya rahmah yang isinya gamis longgar dan beberapa jilbab yang sangat panjang. Aku tertarik pada sebuah gamis kuning yang menurutku begitu cantik tapi aku tak melihat pasangan jilbab nya, 
"Rahmah ini cantik sekali. Pasangan jilbabnya mana?" sambil menyocokkan kebadan ku,  Rahmah tersenyum.
"Ya, cantik, Cocok sekali untukmu." Mendengar perkataannya aku langsung meletakkan gamis itu. Seakan aku belum siap mendengar ucapannya.

Tidak terasa sudah seminggu rahmah disini dan besok dia harus kembali kekota.banyak pelajaran yang aku ambil dari dirinya hingga terbersit dihati untuk mengenakan hijab,tapi merasa belum siap jadi masih mengurungkan niat itu.
Malam sebelum kepulangan Rahmah kekota, kami menghabiskan waktu di teras rumahnya sambil memandang bulan yang begitu indah. Aku memandangi wajah Sahabat karibku itu seakan wajahnya mengalahkan keindahan bulan pada malam ini. Baru tiga tahun aku tak melihatmu tapi waktu sudah  merubahmu, Kamu hanya butuh waktu tiga tahun untuk berubah menjadi lebih baik. Aku tak tahu kapan waktu itu akan datang kepada ku, Waktu yang dapat merubahku seperti merubah mu, Keluhku seakan perkataan itu menunjukkan betapa aku ingin sekali berubah mengikuti jejaknya. Rahmah tersenyum dan berkata, 
"Ini lah waktu yang kamu tunggu sahabat ku, Allah telah mengetuk hati mu. Wujudkan niat itu jangan sampai ia lepas dari hati mu." kata rahmah seakan mendukung keinginanku. 
"Tapi aku merasa tidak pantas mengenakannya, aku belum bisa seperti mu. Aku belum bisa menghadapi celaan orang-orang yang aku hadapi nanti. Perilakuku belum baik, aku merasa belum siap dan pantas rahmah." Keluh ku sambil menunduk.
"Kamu merasa tidak pantas pada siapa?" Tanya rahmah lembut. Pertanyaannya seakan membuatku mengerti. "Jilbab bukan hanya untuk wanita yang pandai agama saja. Jilbab juga bukan hanya untuk wanita yang pintar mengaji dan berakhlak mulia saja. Namun Jilbab adalah untuk semua wanita yang mengaku dirinya muslimah. Hijab itu  tidak memandang siapa yang memakai nya ia wajib bagi setiap muslimah yang sudah baligh dan hijab itu murni perintah Allah. Allah yang memerintahkan kita mengenakannya kenapa kita harus memikirkan pandangan hambanya?" Rahmah memberi nasehat padaku. 
"Bagaiman jika tidak ada yang mau menjadi temanku?. Kamu lihat sendiri tak ada yang mengenakan hijab seperti mu." Keluhku lagi. 
"Allah akan mempertemukanmu dengan orang-orang yang lebih baik dari mereka. Kenakanlah selagi kesempatan itu ada didepan matamu. siap tidak siap nya dirimu tapi itulah kehendak Allah bisa jadi yang kamu benci adalah yang terbaik bagimu. Allah yang maha mengetahui yang terbaik untuk hambanya. Ajal juga tidak pernah bertanya pada kita apakah kita siap untuk dijemput olehnya. Percayalah teman, ini lah pakaian ternyaman yang Allah berikan untuk kita, Kita merasakan nyaman yang orang lain tidak mersakannya," Nasehat nya begitu dalam yaa Allah jerit dalam batinku. Malam mulai larut dan aku pamit pulang pada rahmah. Semalaman aku tak bisa tidur terpikir oleh kata-kata nya,hingga tak terasa subuh sudah menjelang terdengar azan subuh memanggil. Ya allah, seakan baru pertama kali aku mendengarnya yang selama ini aku hanya lelap dalam tidur tak menghiraukan panggilan allah. Aku pun melaksanakan sholat subuh, Tenang dan damainya hatiku setelah sholat.

Mataharipun sudah mulai tampak. Aku ikut serta mengantarkan Rahmah ke jalan raya menunggu bus kota yang akan ditumpangi nya. Rahmah mendekat kearahku dan memberikan sebuah kado. 
"Ini oleh-oleh untuk mu, sahabat ku. Semoga kamu menyukainya. Disini ada sebuah buka diary ku yang masih setengah terisi oleh tulisanku aku mau kamu menyambungnya. Pintanya padaku. "Maaf oleh-oleh ini aku baru kasih sekarang." Sambung nya lagi sembari memelukku erat. Tak terasa air mataku jatuh aku seakan tak ingin melepasnya pergi tapi bus kota sudah tiba dan waktunya Rahmah akan berangkat. Diapun memasuki busnya dan hilang dari pandangan ku. Aku pulang membawa kado dari rahmah ku buka kado itu yang beri gamis kuning yang aku sukai dan sebuah jilbab hitam panjang sudah seperti mukenah dan beberapa kaos kaki yang pernah aku tolak, Ku buka diary rahmah didalam nya tertulis firman allah dan hadist rasulullah SAW yang memerintahkan untuk berhijab,dia juga menulis kisah hijab pertamanya.
Seminggu aku tak keluar rumah hanya memikirkan niat ku. Ku perbaiki ibadah fardhu-ku dan selalu memohon petunjuk kepada Allah dan hatiku pun semakin mantap untuk berhijab syar’I kupakai gamis yang diberikan sahabat ku itu. Bismillah dengan namamu ya Allah kutunaikan perintahmu apa pun yang dikatakan orang-orang tentang ku. Kuharap itulah ujian sebagai hijrahku ini menuju jalan lurusMu. Sabarkan dan tenangkan hatiku yaa Allah. Jeritku dalam hati bismillahirrahmanirrahim kulangkahkan kaki keluar rumah dengan busana yang serba tertutup,tujuan pertama ku menuju kios muslimah untuk membeli busana muslim. Jujur aku tak mempunyai gamis dan rok panjang dilemari ku hanya dipenuhi celana jeans dan baju-baju yang serba kurang bahan. Aku memasuki kios tersebut dan memilih busana yang cocok setelah kudapat apa yang kuinginkan aku pun membayar belanjaku kekasir.
”Assalamu’alaikum, mbak.” Sapa penjaga kasir, Banyak sekali belanjaan nya?" 
"Wa’alaikumussalam, ya mbak." Jawabku. Setelah semuanya selesai mataku tertuju pada sebuah info lowangan kerja dikios tersebut. "Butuh karyawan ya mbak?" Tanyaku pada muslimah penjaga kasir itu.
"ya, mbak. Mbak berminat?. Kita punya lima kios kebetulan yang satu belum ada yang jaga, Kios nya msih tutup sambil menunujuk kios yang ada didepan. Aku perhatikan penjaga kios-kios yang ada disekitar kios tersebut  subhanallah semua nya muslimah yang berhijab syar’i, Tak salah jika mencoba mungkin aku bisa sedikit menghindari omongan orang-orang tentang perubahan ku. 
"Ya deh. Mbak. saya mau." Jawab ku. kami pun saling kenalan dan pergi menemui mbak Ana pemilik kios tersebut. Mbak ana setuju dan menerimaku sebagai karyawannya. Alhamdulillah ini pertama kali nya aku bekerja selama ini aku hanya meminta kepada orang tua ku. Hari pertama aku bekerja, mbak santi penjaga kios busana muslimah memberi kunci kios tersebut dan membantuku membukanya. Ternyata aku dapat kios buku-buku Islam. Muslimah penjaga kios yang lain juga datang mereka memperkenalkan diri mereka dan ikut membantuku. Ya Allah hanya dengan beberapa jam aku sudah bisa akrab dengan  mereka, Aku merasa nyaman dengan lingkungan ini. dijam istirahat seperti biasa kios ditutup sementara dan kami sholat berjamaah di mushollah terdekat kios tersebut. Setelah sholat kami pun makan siang aku tak membawa makanan ku karna ku pikir ada kantin disini ternyata aku salah. Mereka melihat ku tak membawa apa-apa dan mereka menggabungkan semua yang mereka bawa dan kami makan berlima dengan bungkus nasi yang mereka gabungkan. Disisa waktu istirahat akupun mengaku kepada mereka bahwa ini hari kedua ku memakai hijab, Aku mau bekerja disini ingin menghindari perkataan orang-orang tentang perubahan ku. Apa aku masih diterima disini?. karna aku belum banyak tau tentang agama, keluhku pada mereka. Mereka tersenyum dengan kata-kataku.
"Nurlela, kami disini juga belum banyak tau tentang agama, Kami masih fakir dengan ilmu, Kita disini saling berbagi, Saling belajar, Kamu beruntung inilah petunjuk Allah untuk mu. Allah mempertemukan kita dalam cintanya. Allah memberimu kesempatan mengejar ketidaktahuanmu dengan kios buku itu. Bersyukurlah kepadaNya sesungguhnya Dia sangat mencintaimu. Aku lihat bulir-bulir air mata jatuh disudut mata mereka. Aku pun terharu.  Allah terima kasih, terima kasih akan cintaMu ini. Aku teringat dengan ucapan Rahmah bahwa Allah akan mempertemukan ku dengan orang-orang yang mencintainya. Segera ku telpon sahabat karibku itu dan mengatakan terimakasih untuk oleh-olehmu sahabatku, terimakasih untuk nasehat-nasehat mu. Rahmah. Seakan mengerti dengan perkataaan ku, dia hanya mengatakan semoga kita menjadi orang-orang yang istiqomah dan selalu mendapat petunjuk dari  Allah. aamin.
Tiga bulan sudah aku bekerja dikios itu,aku banyak belajar dari buku-buku Islam yang ku baca di kios dan juga dari teman-temanku muslimah penjaga kios, Orang tua ku juga ikut senang dengan perubahanku aku lebih banyak di rumah kalau pulang kerja dari pada harus keluyuran seperti kebiasaanku sebelum berhijrah. Omongan orang-orang tentang perubahan kuseakan tak terdengar lagi, Alhamdulillah  syukurku dalam hati .Terima kasih ya Allah sungguh engkaulah yang maha mengetahui. Do'a ku semoga hidayah allah menyapa dan mengetuk pintu hati muslimah. Yang belum berhijrah, alangkah ruginya jika mereka tak merasakan kenyamanan yang kurasakan.


Asrifa Rahma


Comments
0 Comments

0 komentar :

Posting Komentar

Kalam

Kalam
Edisi 28 April 2016

join us

join us
klik

FSLDK INDONESIA

FSLDK INDONESIA
Klik gambar