Mungkin
sebagian kita sering mendengar kata “Sami’na Wa Atho’na” atau bisa jadi kalimat
ini sudah populer dia antara kita. Namun sudah kah kita memahami dan
mengamalkan maksud sami’na wa atho’na yang telah allah sebutkan didalam al
quran seperti yang allah sebutkan dibawah ini.
Allah
berfirman:
7.[1] Ingatlah karunia Allah kepadamu[2] dan
perjanjian-Nya[3] yang telah diikatkan kepadamu, ketika kamu mengatakan,
"Kami mendengar dan kami menaati."[4] Dan bertakwalah kepada
Allah[5], Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati[6] (Al- Maidah :
7)
Dalam ayat
yang lain allah berfirman:
”Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan
ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An Nisaa : 59)
Ayuhal ikhwah rohimakumullah
Apakah kita sudah merasa mengamalkan makna
sami’na wa atho’na dengan mengerjakan perintah allah saja seperti shalat,
puasa, zakat, dan lain lain?
Ayuhal
ikhwah rohimakumullah
Pertanyaan selanjutnya, sudahkah kita membaca
dan memahami maksud dari ayat-ayat diatas, sudah sejauh mana kita mengamalkan
maksud dari ayat diatas?
Ayuhal ikhwah rohimakumullah
Mari sejenak kita ingat kembali beberapa kisah
sejarah tentang ketaatan yang mungkin kita semua sudah baca:
1.
Kisah ketika nabi ada ibrahim
meninggalkan anaknya yang masih kecil dan seorang wanita yang ia cintai di
sebuah lembah yang tandus dan susah untuk mendapatkan sumber makanan, sang
bertanya kepada nabi ibrahim. Sang istri bertanya mengapa kau tinggalkan kami
disini?, namun nabi ibrahim tidak menjawab sama sekali dan pertanyaan ini d
ulain sampai 2 kali, mengapa kau tinggalkan kami disini?, namun nabi ibrahim tetap
tidak menjawab. Lalu sang istri bertanya sekali lagi, apakah allah yang
memerintah mu? Nabi ibrahim menjawab Ya. Lalu sang istri berujar pergilah wahai
suami ku karena allah tidak akan menyiah-nyaiahkan kami.
2.
Kisah kedua ketika nabi ismail
yang sudah tunggu-tunggu kehadirannya karena sudah lama nabi ibrahim belum
punya anak, namun ketika remaja tulunlah perintah untuk menyembeli nabi ismail,
namun ungkapan yang sangat luar biasa yang muncul dari seorang anak yang
shaleh, lakukan lah ya abi jika itu perintah dari allah, insya allah kita
termasuk orang yang sabar. Lalu nabi ibrahim melakukan tugasnya, kemudian allah
ganti dengan domba.
3.
Kisah ketiga ketika datang
perintah isra dan mi’raj nabi muhammad saw, ketika rosulullah saw mengabarkan
pristiwah ini kepada para sahabat maka mereka lansung taat dan mengimaninya.
Dan ketika berita ini sampai ke orang kapir mereka malah meledek muhammad saw
sebagai orang gila, tidak waras dan sebaginya.
4.
Kisah ke empat adalah kita
ketaattan pada perang badar, walau pun pasukan muslimin ketika itu sangat
sedikit namun karena ketaat (sami’na wa atho’na) kepada pemimpin, maka allah
berikan kemenangan terhadap pasukan kaum muslimin ketika itu. Tetapi allah
kalahkan kaum muslimin ketika di perang uhud karena ketidak taatan (sami’na wa
ashoyna) kepada pemimpinnya
5.
Dan kisah terakhir adalah kisah
pasukan jalut menujuh perang melawan thalut, jalut memerintahkan pasukannya
untuk tidak meminum air ketika melewati sungai kecuai hanya secukupnya namun
banyak pasukan yang tidak taat, kecuali hanya sedikitsaja yang taat, dan allah
binasakan orang-orang yang tidak taat pada pemimpinnya. Walau pun ketika itu
allah berikan kemenangan kepada pasukan jalut waktu itu.
Sebenarnya masih
banyak lagi kisah-kisah tentang sami’na wa atho’na ini yang bisa kita pelajari,
namun sejatinya penulis hanya ini memberikan ilustrasi tentang ketaatan dan
buah atau hasil dari ketaatan itu sendiri.
Islam tidak akan
seluas ini pemeluknya jika para da’i, ustads, ulama kalau tidak taat kepada
allah, rosulullah, dan para ulil amri. Dan ketaatan kepada ketiganya bersifat
wajib.
Kalau ketaatan
kepada allah dan rasullnya sudah kita ilustrasikan di beberapa kisah di atas,
sekarang kita coba untuk mengilutrasikan ketaatan kepada ulul amri:
1.
Ada sebuah organiasasi/lembaga/perusahaan
besar yang memiliki 1000 karyawan, dan 20 supervisor,dan satu orang jeneral
manager untuk mengatur perusahaan tersebut. Kemudian sang jeneral manager
memiliki visi dan misi tersendiri, dan supervisornya juga memiliki visi dan
misi tersendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan para karyawan
yang seribu orang ini bingun. Suvervisor yang satu suruh begini, suvervisor
yang satunya lagi suruh yang berbeda lagi.
Kemudian kira-kira apa yang
akan terjadi dengan organisasi/lembaga/perusahaan ini, apakah makin maju dan
sejahterah karyawan/ anggotanya atau malah sebaliknya perusahaan bubar dan bangkrut.
2.
Ada sebuah
organisasi/lembaga/perusahaan kecil yang hanya memiliki 50 sampai 100 karyawan
saja dan memiliki 3 sampai 5 suvervisor dan seorang manager. Namun visi dan
misi menager dan supervisor dan karyawannya sama antara satu dan yang lainnya.
Ketika ada perintah dari manager maka supervisor dan karyawannya lansung
mengerjakan sesuai dengan yang diperintahkan. Menurut anada kira-kira perusahaan
ini apakah akan maju atau malah lebih mudur?
Dari ilutrasi diatas anda sudah pasti bisa
menjawab sendiri dan kita yakin anda juga sudah paham apa yang harus dilakukan
atau jalan yang harus anda pilih. Yang intinya adalah wajib mentaati pemimpin,
selagi pemimpin tersebut tidak mengajak kepada bermaksiat kepada allah dan
rasullnya.
Aprin Sani
Dewan LDK UNRIKA (2014-2015)