Terbaru

KISAH HANCURNYA PERADABAN MADU

Written By Unknown on Sabtu, 30 Mei 2015 | 08.26

Dua puluh milenium yang lalu, ada sebuah bangsa makmur yang kesejahteraannya merata. Seluruh masyarakatnya hidup dalam kecukupan. Bahkan negara tak perlu campur tangan untuk menjamin rakyatnya. Negara ini bernama negara madu. Ini dikarenakan kekayaan bangsa ini begitu luar biasa. bahkan sejauh seribu mil dari kerajaan ini, hanya mereka yang memiliki madu. padahal madu merupakan komoditas yang harganya melebihi emas kala itu.
Tapi karena semua kesuksesan itu rakyat negeri ini menjadi individualis. Dalam fikiran mereka, mereka tidak lagi membutuhkan orang lain untuk hidup. Cukup dengan upaya sendiri mereka bisa menjadi kaya. negara ini begitu aman hingga suatuhari datang ancaman dari selatan. 
Suku laut datang dan meneror. Sang putra mahkota kerajaan disandera. Suku laut meminta tebusan. tawaran suku laut sebenarnya tidaklah terlalu berat, mereka hanya menginginkan satu ton madu. Suku laut tidak punya tanah, sehingga mereka menjarah ke berbaagai daratan untuk melanjutkan hidup. mereka adalah suku bar-bar dimasa itu. Tidak ada bangsa yang berani menantang ancaman mereka.
Pihak kerajaan mulai bingung, satu-satunya putra mahkota disandera dan penyandera meminta tebusan madu. Walaupun negeri tersebut negeri madu, kerajaan sendiri tidak punya simpanan  madu yang cukup untuk membayar tebusan. Untuk memperoleh madu saja kerajaan harus membeli pada rakyatnya. Kerajaan sebenarnya mempunyai peraturan agar rakyatnya membayar upeti berupa madu kepada kerajaan tapi ini tidak diindahkan. Sifat individualis bangsa ini sudah pada tahap kronis, mereka bahkan sudah tidak butuh lagi kerajaan. 
Untuk memenuhi tebusan, kerajaan meminta bahkan memohon kepada setiap rakyatnya agar meyumbangkan segerlas madu mereka. Diluar dugaan, rakyat negeri madu menuruti permintaan itu, pada hari itu semua rakyat negeri madu mengumpulkan masing-masing segelas madu mereka yang mereka kumpulkan dalam satu tong besar. 
keesokan harinya di lapangan kala senja. kedua bangsa berhadapan hendak melakukan pertukaran, suku laut penuh dengan pasukan, sementara bangsa madu hanya ada pihak diraja sementara rakyatnya sibuk dengan urusan masing-masing. Malang nasib si anak raja, diharga satu ton madu saja, begitu rendah nilainya.
Salah satu utusan suku laut maju dan memeriksa gentong raksasa yang berisi madu lalu turun setelah selesai memeriksanya. Ia lalu kembali kepada kumpulannya. sepertinya ia akan melepaskan siputra raja karena pertukarannya sudah selesai.
"Blesss" ternyata tidak, darah tumpah diatas tanah bangsa madu. Darah dari leher putra mahkota yang putus ditebas.
"Kami minta madu, bukan air, bukan aiiiiiir!" teriak sang algojo yang baru saja memenggal kepala anak raja. Mendengar teriakan algojo itu, salah seorang ajudan raja segera memeriksa tong madu. sungguh kaget ia ketika melongok kedalam dan hanya ada air yang ia temukan.
Dihari sebelumnya  saat seluruh rakyat diminta untuk mengumpulkan madu. Dibenak masing-masing rakyat negara madu, mereka beranggapan tidak mengapa mereka menyumbang air, pasti yang lainnya akan menyumbang madu. Apalah arti segelas air dibanding seribu gelas madu, pasti tidak akan ketahuan. Rupanya fikiran seperti ini ada disemua rakyat bangsa madu, mereka beranggapan orang lain akan berkorban untuk dirinya, dan tak pernah terfikir berkorban untuk orang lain.
Karena cara berfikir picik inilah sebelum genap tengah malam, seluruh bangsa madu sudah habis dibantai suku laut.
mereka berhenti mengandalkan orang lain, sekaligus berhenti berfikir bahwa ada orang lain yang mengandalkan mereka.

Lupi Sakura
Comments
0 Comments

0 komentar :

Posting Komentar

Kalam

Kalam
Edisi 28 April 2016

join us

join us
klik

FSLDK INDONESIA

FSLDK INDONESIA
Klik gambar