Terbaru

Home » , , , , » Sup Kepala Ikan Untuk Istriku Tercinta

Sup Kepala Ikan Untuk Istriku Tercinta

Written By Unknown on Selasa, 02 Juni 2015 | 21.42

Aku ingin menikahinya, sejatinya aku hanya pemuda papah yang datang menghadap orang tuanya dengan hanya membawa rasa dan asa. ketika aku datang tanpa seorangpun pendamping, tanpa iringan maupun hantaran. Aku benar-benar hanya membawa diri.

Tatapan mata orang tuannya menusukku. Ayahnya bak sang naga yang menjaga putri tidur dalam sebuah kastil tua. Sang naga dengan semburan api yang tepat berada digerbang kastil tua. Tingkahku benar-benar diawasi sorot matanya yang serasa sanggup melihat detak jantungku yang  mulai tidak karuan.

"Saya menghadap untuk melamar anak bapak...." demikian yang aku ucap, sambil tertunduk tentunya. Setelah ucapan ini aku sang papah pengadu cinta ini sudah siap mendapat caci maki dan cemooh.

"Asal kau berjanji selalu membuatnya bahagia, memberikannya yang terbaik, maka bawalah anakku!" Kepalaku terangkat, tatap mataku menatap wajah orang tua itu. Ucapannya terdengar seperti sebuah syarat namun ku juga rasakan demikianlah sebuah isyarat, lamaranku diterima. Aku berjanji dan bersumpah demi namaNya. Kupersembahkan kebahagiaanku hanya untuknya yang ku cinta.

Hidupku kembali berjalan dan kali ini dengan didampingi ia yang selalu setia. Aku tak serta merta berkelimpahan mewah meski mertuaku serba berada. Aku benar-benar membawa keluar anak gadis mertuaku dari rumahnya dengan membawa sang anak dan pakaiannya saja. Tak ada perbekalan uang ataupun apa. Sang anak tunggal semata wayang yang termanja di keluarga, Ku persunting tanpa pesta kecil sekalipun dan bahkan mas kawin yang mampu kupersembahkan hanya hafalan. Malunya aku yang tak tahu diri ini.

Setahun berlalu dan aku masih saja berlimpahkan senyum manis istriku. setahun berkekurangan dan ia tak sedikitpun mengeluh dan menangis karena kemiskinan. Ia yang biasa dijamu hidangan bangsawan kini sering tidur tanpa makan malam dan ia bahagia.

"Aku bahagia, dan aku selalu bahagia disamping suamiku..." demikian yang selalu ia katakan. Aku berjanji membahagiakannya selalu. Memberikan yang terbaik yang aku mampu. Kebahagiaanku hanya untuknya meski kini yang kuberi tak bisa disebut istimewa.

Tapi tak begitu saja aku membiarkannya hidup miskin bersamaku. Kuselalu berupaya agar ia selalu bahagia. Salah satu yang kuupayakan adalah memberikan yang terbaik, yang kusuka untuknya.

Aku bekerja dipasar ikan. setiap harinya aku bisa membawa pulang seekor ikan untuk makan bersama istriku. dia sangat pandai memasak. seekor ikan dengan bumbu seadanya saja bisa ia sajikan dengan begitu lezat. kebetulan aku sangat suka sup ikan, dan bagian yang paling aku sukai adalah kepalanya, tapi aku sudah berjanji akan memberikan yang terbaik untuk istriku bukan?.

Aku tak pernah menyentuh makanan kesukaanku, kepala ikan selalu aku berikan kepada istriku dan aku mendapatkan ekornya. tidak ada kepala ikan lainnya karena aku hanya bisa membawa pulang 1 ekor ikan saja. walaupun aku begitu ingin merasakan sup kepala ikan itu. tapi setiap melihat senyum kegirangannya mendapatkan kepala ikan, aku begitu bahagia.

Perlahan hidup kami membaik. aku mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. kehidupan keluargakupun jauh lebih baik dari dulu. 10 tahun kami bersama dan dikaruniai dua orang putri yang manis. malam ini malam pernikahan kami, Kami merayakannya berdua. nostalgia masa-masa dulu begitu terasa saat ini. Aku, istriku dan semangkuk sup dari seekor ikan yang dibagi dua, kepala dan ekornya. Seperti biasa, seperti dulu, aku selalu memberikan bagian kepala, bagian yang paling aku sukai kepadanya. kebahagiaan dan kecukupan kini tak akan menyudahi upayaku untuk selalu membuatnya bahagia. Istrikupun menangis ketika kepala ikan itu aku sajikan kepadanya. mungkin ia terharu, karena ia tahu sampai saat ini aku selalu memberikan bagian yang paling aku sukai kepadanya tapi diluar dugaan, hal yang membuat istriku menangis begitu menamparku malam ini.

"Suamiku, sepuluh tahun sudah kita bersama. dan sampai hari ini engkau masih saja memberiku kepala ikan. maukah malam ini aku diberikan ekornya saja. aku sangat benci kepala ikan"

bertahun-tahun aku memberikannya kepala ikan, bagian yang paling aku sukai untuk istriku. dan ternyata ia tidak pernah suka kepala ikan. ia menerimanya karena mengira aku ingin bagian ekor ikan. ia senyum walaupun 10 tahun ini selalu makan kepala ikan yang tidak ia sukai.

Kadang aku berfikir aku sudah membuatnya bahagia tanpa aku tahu ialah yang sesungguhnya berupaya membuatku bahagia dengan pengorbanannya.

Siti Rohmah

Comments
0 Comments

0 komentar :

Posting Komentar

Kalam

Kalam
Edisi 28 April 2016

join us

join us
klik

FSLDK INDONESIA

FSLDK INDONESIA
Klik gambar