Ldk
Unrika- Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran
seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun
lingkungan sosialnya.
Peringatan
dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebastugaskankan ibu dari
tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti
memasak,
merawat anak,
dan urusan rumah tangga lainnya. Di Indonesia hari ini dirayakan pada
tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.Sementara
di
Amerika dan lebih dari
75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang,
Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau
Mother's
Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua
bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan
Internasional
atau International Women's Day diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Peran Wanita Sebagi Ibu, Menurut Islam
"Hadits Riwayat Imam Ahmad, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Surga itu terletak di bawah telapak kaki "ibu".
Pernikahan
bagi kaum "wanita" tidak sekedar mengubah status dari gadis menjadi
nyonya. Namun dia dituntut tanggung jawab berat dan memerlukan persiapan
dan pengalaman. Persyaratan umur merupakan kesiapan fisik. dan
persyaratan pengalaman dan ilmu merupakan kematangan psykhologis.
Kematangan biologis menentukan pula kuat dan sehatnya keturunan,
sedangkan pengetahuan agama mempersiapkan terhadap hakekat tanggung
jawab. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai 21
tahun harus mendapat ijin orang tua.
"Wanita"
sebagai makhluk yang dikodratkan sebagai perantara lahirnya manusia di
bumi ini. "Wanita" sanggup mengandung, melahirkan, memelihara calon
manusia dan mendidiknya.
Apabila
kita membahas tentang tugas kaum "ibu", sungguh suatu tugas yang tidak
ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat "wanita" yang berat itu,
kadang kala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani
memang "wanita" dipersiapkan memiliki kesanggupan.
"Wanita"
sebagai "ibu" adalah pendidik paling primer bagi manusia. Kaum "ibu"
yang ideal tidak sekedar dapat bobot (hamil), namun "ibu" harus berbobot
(berkualitas). Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan
jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.
Peran
"ibu" apabila diserahkan kepada pembantu rumah tangga dengan mutlak,
akan berakibat fatal bagi anak. Sampai dimana idealisme seorang
pembantu?
Sebagai seorang "ibu" --- Peranan apa yang harus tidak boleh diabaikan dan apa akibatnya apabila peran itu diabaikan?
Di
tangan kaum "ibu" berhasil tidaknya membuat apa yang di atas bumi ini
lebih berharga dari pada apa yang ada di dalam bumi. Manusia-manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah lebih berharga dari pada emas dan
mutiara yang dikandung bumi. MAnusia-manusia kufur dan durhaka, lebih
rendah harganya dari pada gas belirang dan batu bara. Atau mungkin wujud
manusia, namun nilainya seperti magma dalam tanah.
Disinilah
letak peranan "wanita" sebagai "ibu", cukup berat menuntut rasa
tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal
di tangan kaum "wanita". Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah SAW
memberi penghargaan terhadap kaum "ibu", sebagaimana dalam Hadits
Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di
bawah telapak kaki para "ibu".
"Ibu"
seperti apa yang berhasil membuat anak-anaknya dapat mencapai surga?
Beberapa langkah yang dapat mengarah kesana antara lain:
1. Dorongan "Ibu" yang bertanggung jawab
Hadits
Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila
seorang "wanita" ("ibu") sudah menjalankan sholat lima kali, puasa bulan
Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada
suaminya, maka masuklah ia ke surga."
2. Mendidik anaknya mulai masih dalam kandungan
Menurut
ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam
kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan
perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca
Al-Qur'an. Sebaiknya kaum "ibu" yang sedang hamil menghindarkan diri
dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.
Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 38, yang artinya:
"Disanalah
Zakariya mendo'a kepada Tuhannya seraya berkata, "Ya Tuhanku, berilah
aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar do'a."
Dan Surat
Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Allah, kabulkanlah
do'aku."
3. Mendidik sopan santun agar menjadi anak yang mulia
Waktu
anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit
lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Anas, bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
"Jadikanlah anak-anakmu orang yang mulia, dan jadikanlah sopan santun mereka menjadi baik."
Urutan mendidik anak, antara lain sebagai berikut:
a. Mendidik membiasakan bersyukur kepada Allah SWT, misalnya ucapan hamdalah stiap selesai makan, minum, ibadah dan sebagainya.
b. Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik.
c. Disadarkan jerih payah "ibu" bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat.
d.
Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun,
dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini
cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian
kehidupan.
e. Dididik
untuk menegakkan shalat; Hal ini sebagaimana dijelaskan Hadits Riwayat
Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Suruhlah
kanak-kanak itu agar shalat apabila ia sudah berumur 7 tahun dan
apabila ia sudah berumur 10 tahun, maka hendaklah kamu pukul jika mereka
meninggalkan shalat."
f. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong.
g.
Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana
dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah
pernah bersabda:
"Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu:
1). Mencintai Nabimu.
2). Mencintai keluarga Nabi.
3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."
h. Menanamkan himmatulaliyah.
Sejak
kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang
tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Berikan cerita-cerita orang
besar supaya timbul dan terbuka akalnya.
i. Membiasakan disiplin.
Tidak
kecil artinya kebiasaan disiplin ini, sebab apa yang pernah dilakukan
sejak kanak-kanak, akan menjadi kesatuan pribadi. Apabila setiap anak
yang lahir mendapatkan pendidikan dan pengarahan yang serupa ini,
niscaya generasi muda yang ideal, bertanggung jawab dan berjiwa besar
akan segera terwujud.
4. Peranan "Ibu" dalam pembangunan
Selain menyiapkan anak yang berkualitas, kaum "ibu" masih mempunyai tugas yang sangat penting yang meliputi:
a. Pengendalian Kependudukan.
Masalah pertumbuhan penduduk bukanlah masalah kecil, bahkan masalah internasional yang dirasa sangat mendesak.
Kita
sadar bahwa manusia ditetapkan menempati planet bumi, dimana arealnya
hanya sekitar 500.000.000 km persegi. berdasarkan garis tengah 12.742
km. Padahal tempat yang secara gratis dapat kita tempati hingga saat ini
hanyalah bumi. Kalau bumi seluas ini terdiri dari lautan dua
pertiganya, maka berarti daratan yang menjadi tempat tinggal kita
hanyalah 150.000.000 km persegi.
Angka
kepadatan secara kasar bumi kita saat ini mencapai 27 orang, namun di
kota-kota besar di tanah air kita sudah mencapai 550 - 650 orang tiap km
persegi.
Masalah
kepadatan penduduk ini menjadi perhatian kita bersama. Bagi kaum "ibu"
perlu menyadari, apakah tugas kodratnya hanya melahirkan? Bukankah
melahirkan itu tidak wajib? Karena tidak ada satu ayatpun yang
mengharuskan kaum "wanita" wajib beranak. Dalam ajaran Islam, yang ada
yaitu perintah supaya anak menjadi manusia utama yang bernilai anak
shaleh. Tidaklah bijaksana kalau kita tetap berorientasi pada jumlah
anak, bukan kualitasnya. Jadi disini titik berat yang menjadi kopetensi
kaum "wanita" sekaligus sebagai "ibu" adalah mengatur kelahiran.
Apabila
terdapat seorang "ibu" sering sekali melahirkan, fisiknya akan menjadi
lemah, perawatan anak kurang tertib dan sekaligus kewajiban menjalankan
ibadah banyak terganggu. Perlu dipertimbangkan bahwa dengan seringnya
kelahiran membuahkan keturunan yang lemah, baik fisik, rohani, akal dan
kemampuan keuangan. Mempunyai keturunan yang lemah, telah diperingatkan
dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 9:
"Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar."
Berkaitan
dengan perencanaan masalah kelahiran, berdasarkan beberapa alasan baik
pertimbangan kemaslahatan maupun ayat Al-Qur'an, maka bagi pasangan usia
subur (PUS) sebagai sasaran program Keluarga Berencana (KB). Jadi KB
niatnya adalah untuk kemaslahatan "ibu" dan kesejahteraan keturunan
kita.
b. Lahirnya Generasi Bangsa Yang Bertaqwa Kepada Tuhan Yamg Maha Esa.
Mengingat
semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran "ibu" sangat
menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung
kepada kedua orang tuanya, padahal "ibu"lah yang paling dekat.
Untuk
menciptakan generasi bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
di samping langkah-langkah yang telah dijelaskan tadi, maka perlu
usaha-usaha antara lain adalah:
1). Berusaha menjauhi makanan yang haram.
Daging yang tumbuh bagi si pemakan itu sendiri, apabila dari makanan haram berakibat:
a). Mengotori jiwa sehingga ketenangan batin sulit diwujudkan.
b). Beratnya tubuh untuk beribadah.
c). Kotornya hati, sebab salah satu fungsinya ialah menyimpan darah. Kalau yang disimpan darah kotor berarti endapan penyakit.
d). Melahirkan anak yang kadang-kadang sulit diatur.
e). Hati sulit menerima iman, dapat dikatakan hatinya berpenyakit.
Tidak
menutup kemungkinan anak yang lahir dapat mempunyai tipe-tipe cenderung
negatif; Yang menurut Psikology ada beberapa tipe manusia yang negatif,
antara lain:
a). Kliptomania, orang yang mempunyai kecenderungan untuk mencuri.
b). Dipsomania, anak yang cenderung pada minuman keras, ganja. morphin dan lain-lain.
c). Pinomania, kecenderungan untuk merusak.
d). Dipresif, kecenderungan berbuat robot, amoral. asosial, freesex, sadis, suka bunuh diri, dan sebagainya.
Sebagai
istri dari suami dan sekaligus sebagai "ibu" dituntut sifat hati-hati
terhadap masalah ini. Korek dan waspada supaya suami tetap berhati-hati
untuk memperoleh rezeki. Tidak senang karena uang banyak, namun dia
senang secukupnya asal halal. Dalam Islam menjaga dari haram ini
mendapat perhatian yang sangat serius, mengingat akibatnya sangat fatal.
2). "Ibu" Berkewajiban Mendidik Iman.
Islam
mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang
anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi
tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus
kesalahan primer pada "ibu" dan ayahnya. Hal ini sama dengan pendapat
ahli pendidikan Inggris, John Lock, bahwa anak bagaikan kertas putih.
Corak dan wujud tulisan tergantung penulisnya. Hal ini juga sebagaimana
sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari
Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah
bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut
fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau
Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."
3). "Ibu" Bertanggung Jawab Mendidik Supaya Anak Taat Kepada Allah.
Apabila
sejak dini kaum "ibu" dipersiapkan sebagai "ibu" ideal, maka manusia
berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan
kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan
berjiwa taqwa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-A'raf Ayat
96:
"Jikalau sekiranya
penduduk kota-kota beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Kaum
"ibu" yang siap dan sanggup memikul amanat tadi, akan dapat menciptakan
masyarakat yang damai, subur dan makmur di bawah ridha Allah SWT. Bagi
kaum "wanita " yang berfungsi sebagai "ibu" seperti di atas,
digembirakan oleh Rasulullah SAW sebagai jihad fisabilillah. Karena
"ibu" yang ideal tadi dipandang dari segi kesejahteraan keluarga dan
masyarakat merupakan faktor penentu. "Ibu" yang bijaksana mampu
menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai
anak-anaknya.
Putra-putrinya
enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan
sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program
kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari
kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda:
"Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:
a). Punya istri yang shalihah.
b). Punya anak-anak yang baik.
c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh).
d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri."
(Sumber: Peranan "Wanita" Dalam Pembangunan Bangsa Menurut Islam. Oleh Drs. H. Jumari Ismanto dkk.).
Begitu
beratnya peran "wanita" sebagai seorang "ibu". Namun apabila peran itu
dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya'Allah
akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah
SWT.
Oleh karena itu,
berbahagialah wahai kaum "wanita", karena kepadamulah telah dipercayakan
tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan
lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak
hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda
kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka,
putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.
Hanya
dengan kasih sayang, perhatian, pengertian dan kesabaran yang luar
biasa, maka kaum "wanita" dapat turut mewujudkan cita-cita bangsanya,
yaitu manusia Indonesia seutuhnya, lahir batin, berdasarkan Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945.
Andil
"wanita" jualah kelak yang akan membuktikan: Apakah generasi mendatang
dapat mempertahankan perdamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan umat
manusia. Atau sebaliknya, menciptakan kehancuran dan menimbulkan
keserakahan untuk menguasai dunia.
Kemuliaan Seorang "IBU"
Kitab
Suci Al-Qur'an memberikan kemuliaan kepada kedua orang tua kita ("Ibu"
dan Bapak). Dalam Surat Bani Israil ayat 23, dijelaskan bahwasanya
menghormati dan memuliakan kedua orang tua ("Ibu" dan Bapak), terletak
sesudah ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT. Namun pada Surat
Al-Luqman dalam menghormati orang tua ditekankan, betapa susah "ibu"
mengandung, sehingga kedudukan "ibu" sesungguhnya mempunyai tempat yang
amat istimewa dalam kehisupan umat manusia.
Kemuliaan,
keikhlasan dan kesabarannya yang luar biasa dalam mengandung bayinya,
serta mempertaruhkan nyawa pada saat melahirkan anak belahan jantungnya,
tentu tidak dapat dibandingkan dan dinilai dengan apapun. Selanjutnya,
harus diakui bahwa tiada cinta, sepenuh kasih sayang "ibu" sepanjang
masa.
Di dunia ini pula,
tidak ada perhitungan apalagi untuk meminta imbalan balasan jasa, tanpa
pamrih. Pendek kata--- murni dan tulus. Wajarlah apabila do'a serta
kutukan dari seorang "ibu" terhadap anaknya dianggap sangat manjur,
karena sering dikabulkan oleh Allah SWT.
Tuntunan
hadits, menyebutkan bahwasanya prioritas bakti, diutamakan dan
ditujukan pertama kepada "ibu". Seperti sabda Rasulullah SAW sendiri
yang memberikan jawaban sampai tiga kali berturut-turut; "Ibu"mu!,
ketika beliau ditanya manakah yang harus lebih dahulu diberikan bakti.
Baru pada jawaban keempat, beliau menjawab ayahmu!
Menurut
sebuah hadits yang disarikan oleh Thalak bin Mu'awiyah As Sulaimy yang
datang kepada Rasulullah SAW, ia ingin turut pergi berjihad fisabilillah
bersama Rasulullah. Maka ditanyakan oleh beliau, apakah "ibu"mu masih
hidup? Dia menjawab 'masih'. Maka Rasulullah bersabda: 'Duduklah terus
di jujurannya, disitulah terletak surga'.
Begitulah
kedudukan "ibu", dalam ajaran dan pandangan Islam. Dituntun oleh sabda
Illahi sendiri, di dalam Al-Qur'an. Diiringi keterangan yang diberikan
oleh Rasulullah SAW. Maka benarlah bahwa surga, sesungguhnya berada di
bawah telapak kaki "ibu". Adakah gerangan, penghargaan dan kemuliaan
yang diberikan kepada "ibu", melebihi dari pada ini semua?
sumber : http://noenkcahyana.blogspot.com/…/peran-wanita-sebagi-ibu-…
Bertepatan
pada moment kali ini, Departemen Kemuslimahan Annisa Lembaga Dakwah
Kampus UNRIKA. mengadakan pelatihan, "Merangkai Bunga Akrilik". Agenda
kali ini, LDK Unrika bekerja sama dengan Salimah (Persatuan Muslimah)
Batam. dan semoga dengan acara ini, bermanfaat dengan memberdayakan kaum
perempuan untuk kreatif. Muslimah Terampil "Merangkai bunga Acrilic".
Kegiatan
merangkai bunga acrylic yang di adakan oleh Dept. kemuslimaan LDK
UNRIKA yang berlangsung di Mushala Al-Ammar UNRIKA. Agenda yang
terselenggara pada hari Minggu,21 Desember 2014, pukul 08.30-12.00 ini
berkeja sama oleh PD Salimah Kota Batam sekaligus sebagai Tutor dalam
kegiatan tsb. Peserta yang sebagian besar dari Mahasiswi muslim kampus
dan beberapa peserta umum lainnya.
Menjadi
muslimah tidak hanya mampu dalam akademik saja namun kita juga harus
berbaur dan terampil dalam segala hal , salah satunya merangkai bunga .
di nama kita mampu mengembangkan kerajinan tanggan sehingga menjadi
sumber tambahan penghasilan. Sambutan dari Ka. Dept kemuslimahan yang
merupakan tujuan acara tsb. Agenda Muslimah terampil
InsyaAllah akan di adakan setiap bulannya dengan berbagai Ragam keterampilan .