Aryani namaku, gadis desa yang berasal dari keluarga sederhana yang sedang mencoba peruntungan di sebuah kota kecil di daerah jawa barat. Aku bekerja sebagai kasir di sebuah toko komputer yang tidak terlalu besar di kota itu. Gaji yang ku terima juga tidak besar dan terbilang hanya cukup untuk membayar kamar kost dan makan selama satu bulan. Itupun aku imbangi dengan puasa sunah senin kamis agar lebih berhemat dan bisa menyisihkan sedikit sisa gaji untuk ku kirimkan ke orang tuaku di kampung.Meski tidak seberapa tapi bisa sedikit membantu biaya sekolah adiku satu satunya yang masih duduk di kelas 4 SD.
Siang itu jam dinding menunjukkan pukul 14.30, matahari sudah sedikit bergeser dari puncak ubun ubun, sehingga suasana sudah jauh lebih nyaman, tidak seterik dan sepanas tadi ketika adzan dhuhur berkumandang. Toko tempatku bekerja juga terlihat lengang, memberi kesempatan padaku tuk sejenak meluruskan kaki dan merileks-kan badan. Sesekali kulirik dompet yang tergeletak di samping komputer kerjaku. Isinya masih tetap sama.. kucoba telisik lagi lebih dalam di sela bagian depan dompet, barangkali terselip beberapa lembar uang kembalian, tapi ternyata kosong.. ya, dompetku hanya tersisa dua lembar uang lima ribu rupiah dan tiga keping logam seratus rupiah, padahal waktu gajian masih dua hari lagi.
Kucoba menghela nafas lebih dalam, agar sedikit memberi rongga kelegaan, mencoba menenangkan diri, dan terus berkhusnudzan kpd Sang Maha Pemberi Hidup.. Sambil terus berpikir keras, mencari ide agar sisa uangku itu cukup untuk membeli makanan yang sekiranya cocok untuk buka puasa sore nanti, tapi mengenyangkan perutku yang seharian tak terisi karena ku niatkan berpuasa sunah di hari kamis. Sempat terlintas di pikiranku utk mengajukan kasbon kepada managerku, tapi ku urungkan niatku. Aku malu, karena aku karyawan baru yang belum genap dua bulan bekerja di toko itu.
Ah, mengajukan kasbon jadi pilihan terakhir bila aku benar2 sudah tidak bisa bertahan selama 2 hari sampai hari gajian tiba,begitu gumamku dalam hati.
Di tengah kegamanganku mencari ide makanan utk berbuka yang murah meriah yang bisa ku beli dengan sisa uangku di dompet, tiba tiba datang seorang kakek berpakaian lusuh.. mukanya pucat& terlihat lemah sekali.. mungkin dia sangat kelaparan.. lelaki tua itu masuk ke toko mengucap salam sambil tengadahkan tangan. aku bimbang, aku sendiri juga sedang bingung karena di dompetku hanya ada sisa uang yang tak seberapa untuk bertahan dua hari ke depan. ingin rasanya menolak memberi sedekah pada si kakek, namun melihat kondisi nya yang begitu memprihatinkan, aku tak tega.. hati kecilku berontak bila mengabaikan si kakek dengan kondisi seperti itu. Aku lihat isi dompet, tanganku menyentuh koin yang ada, namun lagi lagi ada rasa bersalah menyelusup hatiku, "uang koin ratusan begitu mana cukup untuk membeli makanan, sebutir permen pun tak kan bisa terbeli" demikian hatiku bergejolak. Akhirnya ku ambil selembar uang lima ribuan dan ku berikan pada si kakek..Bismillah.. dan seketika aku melihat rona wajah sedikit berubah dari si kakek, dia tersenyum bahagia sambil mengucapakan "nuhun neng" dan berlalu pergi.. alhamdulillah.. akupun merasa lega, bisa menolong si kakek, meski setelah itu aku semakin bingung karena sadar uang yang ku punya semakin menipis. aku hanya bisa pasrah, untuk berbuka nanti mungkin aku hanya akan bertemu dengan segelas air putih dan sebungkus roti seribuan untuk mengisi perut.
Di loker kasir memang bertumpuk uang jutaan rupiah, tapi pantang bagiku utk mengambil, meski hanya selembar. aku memang berasal dari keluarga biasa, tapi prinsip hidupku, "jujur&amanah" sudah menjadi harga mati yang tidak bisa ditukar dengan apapun. aku lebih ikhlas mati kelaparan daripada perutku di isi dengan barang haram. Aku terus menenangkan diri, sambil tak hentinya berdoa kepada Allah yang maha kaya.. aku hanya yakin dan percaya bahwa Allah tidak akan memberi ujian di luar batas kemampuan hambaNya..
Tak berapa lama kemudian tiba tiba seseorang datang mengagetkanku. Mang Aep.. begitu aku memanggilnya. Lelaki paruh baya yang ku anggap seperti kakak ku sendiri. aku juga dekat dengan istri dan putri semata wayang nya.. Aku seperti mempunyai saudara baru di kota yang memang asing bagiku. Mang aep, istri dan anaknya sering datang ke tempat kerjaku karena mang aep teman dekat managerku.
Sore itu Mang aep datang membawa bungkusan yang sudah bisa ku tebak isinya dari aroma yang tercium. Sate ayam dengan dua lontong yang terpisah. Dia berikan padaku dan juga amplop putih, mungkin berisi uang. "apa ini mang?"tanyaku pada mang aep. Yang di tanya malah senyam senyum ga jelas, " itu buat neng aryani, bonus dari mamang"jawab mang aep. "Bonus naon?"aku masih bingung dan meminta penjelasan. Mang aep kemudian bercerita, beberapa waktu yang lalu ada seorang guru datang kepadanya, pesan minta di carikan 20 paket komputer lengkap untuk pengadaan sekolah kejuruan di kota itu. Dan ketika mang aep bertanya pada sang guru, dia memberitahu kalo informasi di dapatkan dariku. ku coba berpikir sejenak, mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, ya benar. memang ada seorang guru yang datang ke toko, berniat membeli 20 paket komputer lengkap, namun saat ku temui managerku, toko tidak bisa menyediakan komputer sebanyak itu karena stock terbatas. dan saat itu banyak pesanan pelanggan yang memang belum terlayani semua karena keterbatasan barang.Kemudian ku berikan informasi untuk menemui mang aep, orang yang biasa restock komputer di toko tempatku bekerja. kuberikan lengkap nomer mang aep untuk memudahkan komunikasi..
Setelah kudengar penjelasan mang aep, barulah aku paham kenapa mang aep sore itu datang ke toko membawa bungkusan dan amplop berisi uang. Itu sebagai tanda terima kasih karena aku yang memberi informasi kepada sang guru untuk menghubungi mang aep terkait pengadaan komputer di sekolahnya. awalnya aku ragu untuk menerima pemberian mang aep, tapi setelah managerku yang kebetulan berada di belakangku menangguk melemparkan senyum tanda membolehkan, aku terima pemberian mang aep.
Ketika mang aep berlalu, ku buka amplop sambil gemeteran, karena ampop itu terlihat begitu tebal menurut ukuranku. Dan benar saja, betapa kaget nya aku saat membuka amplop itu, ternyata berisi uang satu juta rupiah.. dua kali lipat lebih dari gaji bulanan ku..
Alhamdulillah.. sujud syukur ku panjatkan.. tak berhenti mulutku bertasbih memuji kebesaran Allah.. Uang lima ribu yang ku ikhlaskan untuk si kakek tadi, ternyata di balas berlipat-lipat oleh-Nya, tanpa berlama-lama pula, bahkan tak ada jeda sejam setelah ku sedekahkan uangku yang lima ribu kepada si kakek, Allah langsung menggantinya.
Sungguh hari itu jadi pengalaman tak terlupakan bagiku. pengalaman berharga yang bisa kuceritakan kepada anak cucucku kelak.. Jangan pernah takut miskin karena bersedekah.. bersedekahlah walau di kala sulit, karena ada Allah yang maha kaya yang akan menolong hambaNya.
*terinspirasi dari kisah seorang sahabat K186