Dina anak bungsu dari tiga bersaudara. Dina mempunyai seorang kakak yg baik hati, cantik, perhatian, dan sangat sayang kepadanya. Begitupun dengan abangnya, Ayah dan ibunya pun sangat menyayangi dina. Dina sangat bahagia, dengan keadaan mereka yang serba berkecukupan. Apapun keinginannya selalu terpenuhi. Dikalangan masyarakatpun mereka terkenal dengan keluarga yang sakinah. Setiap hari, setiap hembusan nafas dina, tidak terlepas dari kasih sayang, dan perhatian. Hari demi hari yang dia lalui penuh kegembiraan, canda tawa, dan tidak terlepas dari senyum manis yang tersirat dibibir dina. Saat siang, malam, mama selalu ada buat dina.
Mama yang selalu mengajarkan kebaikan, saat waktu sholat mama yang selalu mengingatkan dina. Saat waktu makan, saat mau tidur, dan saat waktu dimana seseorang tidak ada waktu banyak buat anaknya, mama dina selalu ada buatnya.
Tidak terasa hari demi hari dinapun berusia enam tahun. Dina dimasukkan ke sekolah SD yang tidak jauh dari rumahnya. Setiap mau pergi kesekolah dina sudah disiapkan sarapan oleh mama tercinta. Papa yang sibuk membangunkan dina, kakak yang mempersiapkan baju, dan abang yang mengantarkan dina pergi kesekolah. Begitulah sampai seterusnya, kebahagiaan selalu menyertai dina.
Tapi kebahagiaan itu tidak berjalan lama. Setelah dina masuk kelas 4 SD, mama yang selalu ada buat dina terkena penyakit yang sangat aneh, sampai-sampai dokterpun tidak tahu apa penyakit yang diderita mama dina. Sudah satu bulan berlalu penyakit yang diderita mama dina tak kunjung sembuh. Ayah merasa sangat kawatir itu, lalu membawa mama dina ke rumah sakit, ke paranormal, tetapi hasil nya sama saja, tidak ada tanda-tanda penyakit. Tapi yng anehnya mama dina sering menjerit kesakitan dibagian perut, kepala dan punggungnya. Selalu merasa kepanasan disaat musim dingin.
Dina dengan polosnya tidak tahu apa sebenarnya yang telah terjadi, dia hanyalah wanita kecil yang masih sangat polos untuk mengerti hal-hal yang telah terjadi.lalu dinapun bertanya kepada ayah, kakak, abang, bahkan mamanya.
"Ayah, kenapa mama tak bisa berdiri?, kenapa mama selalu tertidur?, kenapa mama tidak menyiapkan sarapan seperti biasa ayah?"
Kakak, kenapa ayah tidak menjawab pertanyaanku?, abang jugak kok diam, mama kenapa? Kok mama mual-mual? Mengapa mama menjerit? Kenapa mama menangis? "Pertanyaan dinapun sering diulang-ulang.
"Mama tidak apa-apa sayang, mama pengen istirahat aja" Ini jawaban Ayah.
"ya, mama tidak kenapa-kenapa kok dek." kakak jawabannnya begini. dan abang, ia hanya akan tersenyum.
Lalu dinapun tersenyum dina kembali mengeluarkan ocehannya ini kepada mama."Ma, dina sayang sama mama, kok mama gak seperti biasa?. mama gak sayang lagi ya ma dina?. Kok mama cuman diam aja?, dina kangen lo sama mama?, kangen pelukan mama, kangen perhatian mama. Mama meneteskan airmata Lalu, mama berkata
”Nak, mama gak kenapa-kenapa. Mama hanya capek saja nak"
”Nak, mama gak kenapa-kenapa. Mama hanya capek saja nak"
"Diterus kok capeknya gak ilang-ilang udah hampir 2 bulan lo mama tertidur, mama menjerit?" Mama hanya tersenyum untuk menjawab tanya sang anak. Dalam hati dina berkata “oh mungkin benar yang dibilang ayah, mungkin mama pengen istirahat. Mungkin mama lagi capek aja lalu dinapun kembali tersenyum.
Tidak terasa hari demi hari berganti, mama dinapun tak kunjung sembuh. Ayah, abang, dan kakak dina sudah mulai kawatir dengan keadaan itu, segala cara, upaya, dan bahkan doa sudah dilakukan tapi tidak membuahkan hasil. Tetap saja mama dina tak kunjung sembuh.
Setiap hari dina merasa heran dengan tingkah laku yang mulai berubah, ayah yang tidak lagi memperdulikan dia, kakak yang sibuk meneteskan airmata, abang yang sudah tidak perduli lagi dengan keadaan dirinya. Kebahagiaan keluarga dina pun mulai berkurang.
Tidak terasa penyakit yang diderita mama dinapun enam bulan berlalu, akhirnya mama dina meninggal di Rumah neneknya yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumah mereka. Semua orang menangis melihat kejadian itu. Karena mama dina terkenal sebagai sosok peramah, rajin bersedekah dan bergaul baik dengan tetangga dan orang banyak. Sehingga orang-orang di sekitarnya sangat sedih dengan kepergian mamanya.
Tidak terasa penyakit yang diderita mama dinapun enam bulan berlalu, akhirnya mama dina meninggal di Rumah neneknya yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumah mereka. Semua orang menangis melihat kejadian itu. Karena mama dina terkenal sebagai sosok peramah, rajin bersedekah dan bergaul baik dengan tetangga dan orang banyak. Sehingga orang-orang di sekitarnya sangat sedih dengan kepergian mamanya.
Dina ,ayah, kakak dan abangnya pun turut menyaksikan kejadian itu, sungguh air mata pilu, rasa sakit, rasa tidak terima mereka pun bergabung menjadi satu. Dina tidak mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi, dia mulai bingung,kenapa semua yang dilihatnya menangis, kenapa?.
"Yah, kenapa semua menangis?" tanya dina dengan polosnya. Mendengar ocehan dina kakak memeluknya sangat erat, lalu berkata ”Dek, mama sudah tiada, mama tidak akan kembali lagi kepada kita, Mama sudah diambil ma Allah, Allah lebih sayang pada mama"